Dermaga Alam di Pantai Penyabong

Ngobrolin tentang wisata pantai di Belitung, orang lebih sering mendengar Pantai Tanjung Tinggi (berkat film Laskar Pelangi) dan Pulau Lengkuas dengan mercusuarnya yang terkenal.  Selagi di sana, kami mengetahui adanya hidden paradise lain yang belum sengetop keduanya, Pantai Penyabong. Meski letaknya agak jauh dari pusat kota, namun perjalanannya worth it dengan pemandangan di sana.

Kunjungan ke pantai Penyabong sebenarnya di luar rencana & di luar itinerary tour kami bersama Wisata Kita. Tapi karena ada sisa waktu beberapa jam sebelum keberangkatan pesawat sore harinya, we needed to make a plan D! Dadakan! Sopir menyarankan untuk pergi ke Pantai Penyabong, sekitar 60 km dari pusat kota Tanjungpandan. Meskipun lumayan jauh, tapi sopir meyakinkan bahwa kami bisa mengunjungi obyek wisata lain di perjalanan menuju pantai Penyabong.

Dua obyek wisata yang bisa dikunjungi antara perjalanan Tanjungpandan – Pantai Penyabong adalah Batu Mentas dan Batu Baginde. Baca juga tulisan berjudul Bertemu Tarsius di Batu Mentas.

Jalan darat menuju Meulambong berganti dari aspal mulus menjadi jalan tanah yang becek saat kami mulai melintasi daerah perkebunan kelapa sawit. Menurut sopir, itulah jalan pintas tercepat ke sana. Di saat melewati jalan aspal yang sepi, beberapa kali kecepatan mobil mencapai >100 km/jam. Saking enaknya ngebut, suatu kali sopir melindas seekor ayam yang kebetulan berada di jalan yang salah di waktu yang salah. Kami kaget, sopirnya sih biasa aja. RIP ayam.

Pemandangan kebun kelapa sawit kemudian berganti dengan rumah penduduk sesekali, berseling dengan pohon kelapa dan pantai di sisi kanan jalan. Kami sudah tiba di Desa Membalong.

Cuaca cerah dan suhu yang adem setelah hujan jadi kombinasi yang pas untuk bermain di pantai. Tak perlu jalan jauh, kami langsung melihat batu penyabong yang tersohor itu. Benarlah adanya bahwa batu penyabong ibarat dermaga alami, menjorok ke laut. Batunya memanjang dan lebar, sungguh tak terbayangkan. Dalam bahasa lokal, “penyabong” berarti saling menyambung, merujuk kepada batu-batu besar yang tampang saling menyambung.

Kami berjalan mendaki –literally mendaki, di beberapa bagian agak curam- “dermaga alam” tersebut. Tampak dinding batunya tinggi dan dalam hingga di bawah permukaan airnya yang bening. Di kejauhan tampak rombongan anak-anak dan ABG lokal berenang di pantai, serta dua orang bapak yang sedang memancing ikan.

Air terlihat lebih biru di ujung batu penyabong. Melihat luasnya batu di bawah permukaan air laut dan ombak yang lumayan, tampaknya bukan lokasi yang tepat untuk snorkeling. Saat itu, cukuplah bagi kami untuk jalan-jalan dan menikmati pemandangan lautnya yang biru nan menawan.

Perjalanan jauh yang ditempuh dari Tanjung Pandan terbayar sudah dengan pemandangan pantainya yang menakjubkan. Dari berbagai pantai yang saya pernah kunjungi –dari pasir putih di Mentawai, pasir bulat seperti merica di Kuta Lombok dst.-, pantai Batu Penyabong adalah salah satu yang paling mengagumkan.

4 thoughts on “Dermaga Alam di Pantai Penyabong

  1. Kalau masih ingat, di share donk itinerary dan rincian harganya saat liburan ke Pantai di Kepulauan Belitung ini. Lumayan infonya buat yang mau kesana juga.

    Salam kenal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Are you human? * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: