Ada banyak cerita yang saya dengar mengenai kehidupan di Singapore dan ingin saya buktikan sendiri pada kunjungan kali ini. Salah satu yang selalu teringat adalah banyaknya aturan dan ketaatan warganya pada aturan-aturan tersebut. Meludah di tempat umum, kena denda. Buang puntung rokok sembarangan, kena denda. Pipis sembarangan, apalagi. Sebagai orang yang biasa melihat hal-hal semacam itu terjadi sehari-hari di Indonesia khususnya Jakarta, penasaran rasanya ingin membandingkan keadaan di sini dengan Singapore yang dekatnya hanya sepelemparan batu dari Jakarta.
Pertama kali menginjakkan kaki di Changi 2010, tertib dan bersihnya memang sudah terasa. Tapi hal ini pernah saya rasakan juga di bandara-bandara internasional besar di negara-negara lainnya. Tertibnya sebuah society mestinya baru bisa dirasakan setelah keluar dari bandara. Kita harus langsung merasakannya di jalanan, pasar, transportasi umum dan fasilitas umum.
Sebagai pengguna transportasi umum baik saat di Indonesia maupun saat bepergian ke belahan lain di dunia, gimanapun saya takjub melihat antrian panjang di pintu masuk Stasiun MRT. Wait, what? Iya, antrian. Namun jangan bayangkan antrian yang numpuk dan berantakan seperti biasa kita lihat di halte Transjakarta. Warga Singapore berbaris rapi di pintu, sudah siap dengan MRT Card yang langsung di-tap ke mesin untuk membuka pintu dan antrian pun bergerak maju dengan cepat.
Para calon penumpang MRT berbaris di sekitar pintu menunggu datangnya kereta selanjutnya. Penumpang yang keluar diberi prioritas duluan karena waktu berhenti kereta pun bisa diperkirakan. Padat, namun antrian tetap rapi meski saat itu sedang hari Senin pagi.
Memang bagian-bagian Singapore yang saya lihat pada umumnya bersih dan tertib. Bersihnya mengingatkan pada Washington, DC yg saya kunjungi tahun lalu. Bersih. Tertib. I think I can live in one of those two cities.
Kabarnya, kalau ketahuan meludah di tempat umum dendanya 200 SGD. Itu kalau ketahuan. Jenis-jenis pelanggaran ketertiban (ringan) lain beserta sanksinya dipajang di plang di banyak public area. Dijamin siapapun selalu melihat dan nggak bakal lupa.
Gimanapun, Singapore bukannya tanpa cela. Di sebuah jalan dekat Mustafa, seorang lelaki Melayu terlihat meludah di jalan dengan santainya. Beberapa orang tampak menyeberang sembarangan. Mungkin bila saya tinggal lebih lama, bisa lihat lebih banyak hal seperti ini di bagian lain Singapore.
Mungkin nggak ada negara/masyarakat yang seratus persen disiplin, bersih dan tiada cela. Namun, kita bisa lihat seberapa besar usahanya dari fasilitas yang tersedia, persentase penegakan peraturan dan masyarakat berperilaku saat tak ada officials di sekitarnya. Buat saya, Singapore terlihat berusaha memenuhi itu semua. Rapi, bersih dan saya suka.
Terima kasih atas critanya.
Apa yg mnjadi ciri khas dri budaya singapore ini?