Pada perjalanan menuju pantai Batu Penyabong di hari keempat, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke Batu Mentas. Meskipun saat itu gerimis dan tanahnya agak becek, tapi saya bersyukur karena akhirnya bisa bertemu langsung dengan idola sejak lama: hewan tarsius.
Batu Mentas adalah kawasan wisata terpadu yang menyediakan fasilitas outbond, wisata tubing, jungle trekking, penangkaran hewan (tarsius, kijang, luwak) serta penginapan. Tiket masuknya hanya beberapa ribu rupiah saja. Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan di Batu Mentas, termasuk arung jeram dan camping.
Tarsius Belitung (Tarsius bancanus saltator) berbeda dengan tarsius yang ada di Sulawesi (Tarsius tarsier). Sebelumnya, saya mengira bahwa tarsius hanya ada di Sulawesi dan Kalimantan. Jenis yang endemik Belitung ini lebih dikenal dengan nama lokal mentilin.
Ada dua ekor tarsius yang dipelihara saat kami ke sana. Mereka hidup terpisah dalam kandang tinggi dengan pohon di dalam sebagai rumahnya. Kandangnya berjeruji besi sehingga memudahkan pengunjung dan penjaga untuk melihat aktivitasnya.
Penjaga menunjuk tarsius yang sedang hinggap di dahan pohon. Dia hinggap –eh atau nongkrong?- dan perlahan membuka matanya yang besar. Tampak terlalu besar untuk ukurannya yang hanya sedikit lebih besar dari genggaman tangan orang dewasa. Tapi inilah yang membuatnya tampak cute, senang sekali bisa melihatnya langsung.
Sayangnya, saat itu kami ke sana di siang hari yang adalah waktu tidur tarsius. Tarsius adalah hewan nocturnal yang aktif di malam hari. Maka, kunjungan orang di siang hari seperti gangguan yang membuatnya terpaksa begadang. Kasihan mengganggu tidurnya, lebih baik kami cepat-cepat pergi.
Pingback: Dermaga Alam di Pantai Penyabong | nonadita
Terimakasih atas Ulasannya Nona Dita 😀
Salam Lestari dari Belitung